Indeks India
Indeks Malaysia
Setelah kecemasan beberapa tahun akibat dilarangnya ekspor CPO ke Eropa harga cpo mulai rebound hingga Harga CPO telah meroket 8 persen dalam perdagangan satu bulan terakhir yak november, sedangkan sepanjang tahun berjalan 2020, harga CPO terapresiasi hingga 14,9 persen hingga awal desember. Ini menjadi angin cerah terhadap beberapa emiten kelapa sawit diantaranya (TBLA,SSMS,SIMP,LSIP,GZCO,BWPT dan jangan lupa AALI) Jika dibandingkan dengan rekan komoditas agrikultur lainnya kinerja CPO secara year to date (ytd) masih unggul daripada minyak kedelai yang naik 10,03 persen ytd, jagung yang naik 8,64 persen, dan kopi yang masih terkoreksi 7,48 persen secara ytd. Kendati demikian, kinerja CPO kalah dibandingkan dengan komoditas karet yang telah naik hingga 42,53 persen secara ytd. Di sisi lain, ekspor yang lebih lemah dan berakhirnya pembebasan pajak oleh produsen CPO terbesar kedua dunia, Malaysia yang mulai berlaku tahun depan telah membatasi penguatan harga. Untuk produksinya Sepanjang 2020 proyeksi Malaysia hanya akan memproduksi CPO sebesar 19,4 juta ton, turun 500.000 dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara itu, di Indonesia sebagai produsen terbesar CPO di dunia, pasokan pada tahun ini diperkirakan meningkat 2,4 persen dari tahun sebelumnya di kisaran 44 juta ton.
Untuk diketahui, Malaysia tidak berencana untuk memperpanjang pembebasan pajak atas ekspor minyak sawit mentah pada tahun depan. Hal ini dapat mencegah lonjakan pembelian oleh India, yang pekan lalu memangkas pungutan impornya pada kelas minyak mentah.Sementara itu, produsen CPO terbesar dunia, Indonesia telah menaikkan pajak ekspor CPO menjadi US$33 per ton pada Desember. Untuk lebih lengkap Pungutan ekspor CPO ditetapkan senilai US$55 per ton ketika harga komoditas tersebut berada di bawah US$670 per ton. Besaran pungutan baru akan naik US$5 untuk kenaikan pada lapisan pertama lalu naik US$15 untuk setiap kenaikan harga CPO sebesar US$25 per ton. Hal tersebut mengakibatkan dapat mengekang minat beli dari importir utama. Oleh karena itu dapat dikatakan hal yang mendasari kenaikan CPO adalah Kebijakan India dan Malaysia Buat Harga CPO Berbalik Menguat (market Bisnis).
Kemudian Direktur PT TRFX Berjangka Ibrahim menjelaskan, melesatnya harga minyak kelapa sawit didukung oleh faktor cuaca pada sejumlah negara eksportir utama seperti Malaysia dan Indonesia yang memasuki musim hujan dan siklus cuaca La Nina. Sementara itu, sejumlah wilayah penghasil buah sawit di Malaysia juga masih berada dalam fase lockdown. Hal tersebut, ditambah dengan iklim yang tidak menentu, menghambat para pemilik lahan untuk melakukan panen raya sawit.
Di sisi lain, negara-negara produsen juga menghadapi kenaikan permintaan terhadap minyak kelapa sawit. Peningkatan permintaan akan terjadi pada sejumlah negara di Asia seperti China, Korea Selatan, Jepang, dan India.
Sementara itu, dari dalam negeri, rencana pemerintah Indonesia mengembangkan bahan bakar biodiesel juga mengerek naik harga CPO Memasuki kuartal IV/2020, negara akan kembali fokus mengembangkan bahan bakar B30 yang melambungkan permintaan minyak kelapa sawit di Indonesia.
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menilai penguatan saham-saham pertanian pada hari ini merespons potensi kenaikan permintaan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) setelah negara-negara di dunia melonggarkan lockdown.“Selain itu, di Indonesia juga ada program biodiesel, B30 dan B40 sudah mulai tersedia. Makanya harga CPO positif,” ujar Nafan. Sementara Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menjelaskan dalam riset terbarunya bahwa harga CPO global pada tahn ini bisa mencapai 2.500 ringgit per ton dan terus meningkat pada 2021 menjadi 2.600 ringgit per ton.
Kemudian untuk analisis kedepannya Adapun impor CPO ke India pada tahun ini diperkirakan turun 11 persen yoy menjadi 5,8 juta ton tetapi berpotensi meningkat hingga 6,1 juta ton pada 2021.Sementara di China, penurunan impor pada tahun ini yang diperkirakan turun 15 persen akan pulih pada tahun depan hingga 6,7 juta ton.(market.bisnis)
Terlihat walaupun dari segi pangsa pasar lebih besar AALI namun dari sehi sales growth gross profit growth dan margin lebih besar SSMS oleh karena itu kami lebih memilih SSMS sebagai investasi jangka pendek maupun emnengah Walaupun demikian beberapa emiten seperti SSMS dsn LSIP masih optimis terhadap kinerjanya dikarenakan 80% pangsa pasarnya hanya domestik sehigga hanya 17-20% saja yang berdampak terhadap pungutan dari pajak tersebut. Walaupun demikian yang cukup tertekan Hingga kuartal III/2020, pasar tujuan ekspor AALI adalah India, China, Pakistan, Bangladesh, Filipina, Korea, Kenya, dan Singapura.