Lebaran atau biasa disebut juga dengan Hari Raya Idul
Fitri merupakan salah satu moment tahunan terbesar bagi seluruh umat Islam di seluruh
penjuru dunia,tak terkecuali di Indonesia. Lebaran merupakan moment puncak hari
raya umat Islam yang dirayakan setiap tahun atau setiap bulan Syawal setelah
satu bulan umat Muslim melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Seluruh
umat Islam di Indonesia tentunya menyambut dengan antusias serangkaian perayaan
hari raya idul fitri pada setiap tahunnya,hal tersebut sudah menjadi tradisi
bagi masyarakat muslim di Indonesia. Beberapa tradisi lebaran yang biasa
dilakukan masyarakat muslim di Indonesia seperti:
1. Membagikan THR (Tunjangan Hari Raya), THR merupakan hak pendapatan pekerja yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada para pekerjanya menjelang Hari Raya dan biasanya berupa uang tunai, bahan kebutuhan pokok, ataupun pakaian. Berdasarkan Permenaker No.6/2016, setiap orang yang mempekerjakan orang lain dengan imbalan upah wajib membayar THR, baik itu berbentuk perusahaan, perorangan, yayasan atau perkumpulan.
2. Membeli baju baru untuk menyambut Lebaran, sebetulnya pada hari raya Lebaran kita tidak harus menggunakan baju baru, cukup gunakan baju terbaik, bersih, dan rapi yang kita punya. Namun tradisi ini berkembang sehingga hari raya Lebaran identik dengan baju baru. Maka tidak heran apabila mall-mall dan pusat perbelanjaan sangat ramai pengunjung biasanya mulai dua minggu sebelum hari Lebaran tiba.
Dari dua tradisi Lebaran di atas, ada sektor yang berpotensi sangat diuntungkan dengan adanya tradisi tersebut yaitu perusahaan pada sektor ritel dan konsumer. Mengapa demikian?Memasuki bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran biasanya saham-saham pada kedua sektor tersebut menjadi pilihan bagi investor untuk dikoleksi. Hal tersebut terjadi karena pada bulan Ramadhan biasanya di ikuti dengan daya beli masyarakat yang meningkat dari pada bulan-bulan biasanya. Apalagi ditambah dengan adanya pembagian THR, bonus, dan juga beberapa tradisi menyambut lebaran seperti membeli baju baru, hal tersebut membuat adanya potensi peningkatan kinerja perusahaan pada kedua sektor yaitu ritel dan consumer karena meningkatnya permintaan dari konsumen pada bulan Ramadhan ini.
Pada penutupan perdagangan sesi 2 di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari Jum’at (24/4) penguatan emiten konsumer disokong oleh duo Indofood. ICBP mengalami kenaikan sebesar 1,43% ke posisi Rp.8.875/lembar saham dengan nilai transaksi Rp.30,84 miliar dan volume perdagangan 3,49 juta saham. Sementara INDF mengalami kenaikan sebesar 1,12% ke posisi Rp.6.750/lembar saham dengan nilai transaksi Rp.30,91 milyar dan volume perdagangan 4,75 juta saham. MYOR justru masih mengalami koreksi sebesar -1,61% ke posisi Rp.2.450/lembar saham dengan nilai transaksi Rp.13,88 milyar dan volume 5,68 juta saham.
Lain halnya dari sektor ritel yang kompak mengalami
penguatan pada closing sesi 2 hari Jum’at (24/4), RALS mengalami kenaikan 1.76%
ke posisi Rp.865/lembar saham dengan nilai transaksi Rp.94.55 miliar dan volume
107,56 juta saham. LPPF juga mengalami kenaikan sebesar 2.08% ke posisi
Rp.1,965/lembar saham dengan nilai transaksi Rp.281,10 miliar dan volume perdagangan
134,04 juta saham. Selanjutnya MAPI ikut menopang sektor ritel dengan kenaikan
3.11% ke posisi Rp.830/lembar saham dengan nilai transaksi Rp.71,23 miliar dan
volume perdagangan 86,56 juta saham.
Namun, perlu diperhatikan juga mengenai adanya dampak
Covid-19 terhadap kinerja perusahaan dari kedua sektor tersebut dikarenakan
tahun ini sektor ritel dan konsumer masih terkena imbas dari pandemi yang
berdampak negatif pada perekonomian yang sangat berpengaruh terhadap kedua
sektor tersebut. Tidak hanya itu, walaupun ada euforia Lebaran investor tetap
harus memperhatikan mengenai faktor lain seperti indeks kepercayaan konsumen
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, perkembangan Covid-19 global, dan juga
kinerja keuangan dari pada emiten tersebut selama masa pandemic ini.
Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia pada
Februari 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
membaik. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari
2021 sebesar 85,8 sedikit meningkat dari 84,9 pada Januari 2021. Keyakinan
konsumen terpantau menguat pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp1-3 juta
per bulan. Secara spasial, keyakinan konsumen membaik di 7 kota yang disurvei,
dengan kenaikan tertinggi di kota Surabaya, diikuti oleh Manado dan
Makassar. Keyakinan konsumen yang membaik pada Februari 2021 didorong oleh
persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini, baik dari aspek ketersediaan
lapangan kerja, penghasilan, maupun ketepatan waktu pembelian barang tahan
lama. Sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan
tetap positif dan relatif stabil dibandingkan dengan ekspektasi pada bulan
sebelumnya, ditopang oleh ekspektasi terhadap penghasilan ke depan. Melihat
peluang dari sentimen positif tersebut, berikut ulasan mengenai saham-saham
konsumer dan ritel yang berpotensi mengalami rebound ataupun melanjutkan trend
bullishnya, yaitu RALS dan MYOR.
RALS
(Ramayana Lestari Sentosa) Tbk
RALS merupakan emiten ritel yang berpotensi mengalami
peningkatan kinerja karena terkena dampak tradisi lebaran yaitu membeli baju
baru. Dengan adanya sentimen positif ini diharapkan RALS mampu meningkatkan
laba mereka yang sempat menurun karena dampak pembatasan sosial pencegahan
Covid-19. Diikuti juga dengan aksi korporasi berupa buyback saham dimana RALS
sudah menyiapkan Rp.350 miliar untuk buyback yang dilaksanakan dari 15 April –
14 Oktober 2021. Sementara dari teknikal harga RALS ditutup tepat di MA5,
diatas MA10 dan 20 masih bepotensi mengalami kenaikan jika diikuti dengan volume
yang cukup. Stochastic netral dan MACD histogram divergence positif. Target
kenaikan harga pada resisten 980 dan jika tertarik mengoleksi saham RALS bisa
masuk di area 830-850 dan untuk trader stoploss jika menembus dibawah 810.
MYOR
(Mayora Indah) Tbk
Kinerja PT Mayora Indah Tbk (MYOR) pada kuartal I-2021
diprediksi cukup baik. Hal itu disebabkan pertumbuhan permintaan saat Ramadhan
dan pemulihan ekspor ke Filipina setelah lockdown dibuka. pertumbuhan
permintaan untuk produk MYOR sejalan dengan peluncuran lima produk baru yang
dilakukan perusahaan. Adapun produk baru yang diluncurkan yakni biskuit Roma
Kelapa Cream Cokelat, Roma Sandwich, kopi Gilus Mix varian rasa nangka, serta
Tora Flavacino Orange dengan rasa jeruk segar. Naiknya permintaan di bulan
Ramadhan, ekspor, dan peluncuran produk baru diharapkan dapat meningkatkan laba
perusahaan. Adapun target harga MYOR ada di level Rp 2.800-Rp 3.200. Bagi investor
yang ingin mengkoleksi MYOR bisa cicil dari sekarang dengan menggunakan metode Dollar
Cost Averaging (DCA). Emiten ini sangat berpotensi rebound karena sudah masuk
area demand. Hanya saja, risiko penurunan tetap ada.
DISCLAIMER ON